Upacara mengaben atau kremasi mayat di Bali yang biasanya untuk manusia ternyata bisa juga dilakukan terhadap tikus. Ngaben tikus ini dilakukan oleh warga Desa Cemagi, Mengwi, Badung, Bali, Selasa (15/3/2011), dengan maksud mengusir jasad dan roh jahat hama tikus yang merusak areal persawahan petani setempat.
Warga Desa Cemagi menyebut mengaben tikus ini sebagai ritual Marataka Mrana Tikus. "Selain untuk mengusir hama tikus, ngaben ini, kami percaya bahwa makhluk hidup pun harus dikembalikan ke alamnya walaupun manusia sendiri yang mematikannya," ujar Ketua Forum Pekaseh Kelian Subak Abian Badung I Nyoman Renda di sela-sela ritual mengabentikus.
Ratusan tikus yang akan diaben ini merupakan hasil tangkapan para petani dan warga di sawah mereka. Tak hanya tikus, hama lain yang mengganggu kelangsungan sawah para warga, yakni keong sawah, kepiting sawah, wereng, dan ular, juga turut diaben bersama tikus-tikus tersebut.
Prosesi mengaben tikus ini tak berbeda jauh dengan mengaben manusia pada umumnya. Dipimpin oleh 6 sulinggih, bangkai-bangkai tikus ini juga diletakkan di atas bade atau wadah untuk mayat sama, seperti bade manusia. Bade ini kemudian diusung para warga ke kuburan desa. Sesampainya di sana, ratusan bangkai tikus tersebut dipindah ke bade berbentuk lembu yang akhirnya dibakar.
"Kami mengharapkan, setelah tikus ini diaben, tikus akan terlahir kembali dengan status yang lebih mulia dan juga diharapkan agar tikus yang bersifat bhutakala tidak terlahir kembali ke bumi sebagai hama," ucap I Nyoman Renda.
Seusai dibakar, abu bangkai tikus langsung dilarung ke laut oleh pedanda atau pendeta Hindu. Ritual yang dilakukan warga 10 tahun sekali ini menghabiskan dana hingga Rp 400 juta yang berasal dari urunan warga dan bantuan Pemerintah Kabupaten Badung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar