Sebuah gereja di Atlanta, Amerika, sedang melakukan usaha buat meningkatkan hubungan Kristen serta Islam di jemaatnya lewat program berskala nasional dimana jemaat membaca terjemahan al-Qur'an dalam Bahasa Inggris. Program studi yang diberikan nama "Yesus di antara Qur'an" ini diselenggarakan di Memorial Drive Presbyterian Church, Houston. Program studi ini berangkat asal perintah Kristus di antara Alkitab, "kasihilah sesamamu."
"Pada tahun 2001, sebagaimana mayoritas orang Amerika Serikat, kami disadarkan bersama kehadiran Islam di dunia serta di Amerika," ucap Jon Stallsmith, satu orang pelayan di Grace Fellowship Church, yang memprakarsai program "Yesus di antara Qur'an" beberapa tahun silam. "Yesus berkata sebenarnya kita wajib mengasihi sesama kita. Kita tak boleh melakukannya tanpa mengadakan hubungan bersama mereka."
Menurut jajak pendapat yang diselenggarakan dari Pew Forum, cuma terdapat sekira 30 persen asal penduduk Amerika Serikat yang mempunyai pengetahuan yang baik mengenai Islam. Sementara, lebih dari separuh menyebutkan belum mempunyai pandangan yang cukup atau lebih-lebih tak mengetahui sama sekali akan iman Islam.
Disebabkan oleh program itu diselenggarakan berbarengan bersama hebohnya rancangan pembakaran al-Qur'an dan kontroversi akan pendirian masjid di Ground Zero, hingga program ini pun mendapatkan bermacam kritik. Sebagian masyarakat Kristen menuturkan sebenarnya al-Qur'an merupakan kitab Iblis karenanya orang Kristen tak bisa bekerja berdampingan bersama orang Islam.
"Perkembangan politik belakangan ini dan kenyataan sebenarnya kita sedang berperang di dua negara Muslim mestinya mempertajam maksud kita buat memahami akan mereka (Islam)," ucap Stallsmith.
"Kami menginginkan mendapatkan perdamaian, rekonsiliasi di antara cara memahami Kitab Suci tentang Yesus."
Menurutnya, Yesus di antara Qur'an menawarkan titik temu untuk Kristen serta Muslim. Lewat program studi ini, jemaat di kota-kota besar semacam Atlanta, Seattle serta Detroit hendak dimungkinkan buat menjangkau masyarakat Muslim setempat, khususnya para pengungsi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar