Jajanan yang sering dijual oleh pedagang, baik yang berada di kantin atau di luar sekolah ditengarai masih banyak mempergunakan bahan tambahan makanan yang tidak baik untuk kesehatan.
"Berdasarkan pada survei yang dilakukan BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) dari 30 taman kanak-kanak dan sekolah dasar di Kota Yogyakarta, diketahui ada 19 sekolah dengan jajanan yang mengandung bahan tambahan makanan yang berbahaya untuk kesehatan," kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Edy Heri Suasana di Yogyakarta, Jumat (25/2).
Bahan tambahan makanan berbahaya yang kerap ditemui dalam jajanan sekolah tersebut adalah pengawet, pewarna dan juga pemanis kimiawi yang tidak diizinkan untuk digunakan dalam makanan.
Mendasarkan pada hasil survei BPOM DIY tersebut, maka Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta kemudian memanggil guru, kepala sekolah dan juga pedagang di sekolah tersebut untuk mengikuti semacam pelatihan jajanan sehat.
"Mengkonsumsi jajanan yang tidak sehat karena mengandung bahan tambahan makanan yang berbahaya tersebut memang tidak akan langsung dirasakan akibatnya, tetapi zat-zat tersebut adalah biang penyakit kanker yang baru akan terlihat dalam jangka waktu 10 atau 20 tahun ke depan," katanya.
Pada Juni atau Juli, Dinas Pendidikan akan melakukan penilaian terhadap jajanan sekolah sehat untuk memberi motivasi terhadap semua pihak di sekolah agar bisa menyajikan jajanan yang sehat untuk anak-anak sekaligus melihat hasil dari pelatihan yang diberikan.
"Nanti, akan ada reward ke pedagang yang bisa menyajikan makanan yang sehat," katanya.
Namun demikian, upaya untuk memberikan pelatihan kepada pedagang makanan di sekolah tersebut, lanjut Edy, tidak mudah, karena ada beberapa pedagang, khususnya pedagang di luar sekolah yang kerap berpindah-pindah.
"Karenanya, ini tergantung dari komitmen bersama di lingkungan sekolah. Nanti sekolah sendiri yang akan memutuskan, apabila pedagang tersebut tidak bisa dibina," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar